Sebelumnya, saya bukanlah orang yang suka menuliskan mimpi atau hal-hal spesifik yang ingin saya lakukan dalam hidup, layaknya orang-orang yang memiliki bucket list yang mereka tulis dan tempel di dinding kamar dengan target waktu yang telah ditentukan.
Biasanya keinginan-keinginan yang muncul dalam benak, saya simpan saja disitu, tidak ditulis, tidak diutarakan. Namun beberapa saat yang lalu saya memiliki sebuah keinginan yang meskipun entah kapan bisa terwujud, saya beranikan diri untuk menyampaikannya dalam doa, serta mengutarakannya kepada sahabat dekat.
Saya ingin bisa ke Eropa.
Sebetulnya bisa saja saya rencanakan, menabung untuk dapat berkunjung kesana. Tapi kok rasanya selalu ada kebutuhan yang lebih penting dan crucial yang harus saya penuhi dengan tabungan saya, daripada sekedar jalan-jalan dan bersenang-senang di negeri nun jauh disana. Sehingga pikiran menabung untuk dapat jalan-jalan di Eropa sedikit membuat saya merasa bersalah, mengingat banyak target hidup saya yang lain yang lebih essential untuk diwujudkan.
Ingat sekali doa saya ketika itu,
"Ya Allah, bolehkah saya diizinkan untuk melihat bagian Bumi Mu yang lain?"
dan ternyata Allah mengabulkan jauh lebih cepat dari yang pernah saya minta. Beberapa hari yang lalu saya diberi kesempatan untuk ikut tim sepak bola Putri Danone Indonesia untuk dapat bertanding di Perancis dengan sesama karyawan Danone dari negara-negara lain.
Sungguh saya tidak pandai main bola.
Kalau ada yang bertanya, kok bisa dipilih menjadi bagian dari tim yang berangkat?
Entahlah, saya lebih suka menyebutnya takdir. Bahwasanya rezeki Allah itu selalu tepat pada sasarannya.
Bahkan saya merasa ini adalah sepenuhnya takdir Allah, ketika melihat dan menyadari kemampuan main bola saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan peserta yang lainnya.
Sebetulnya selama di sana kami sangat fokus terhadap jadwal pertandingan dan hampir tidak ada waktu untuk jalan-jalan, meskipun demikian saya tetap bersyukur, sepulangnya dari Perancis kami diberi waktu sehari semalam untuk dapat mampir sebentar di Amsterdam.
Waktu yang hanya sehari semalam itu saya menemukan banyak insight baru, tentang suasana Amsterdam, tentang kehidupan di kota itu, entah mengapa hati saya nyaman sekali berada di sana. Saya suka kehidupan orang-orang yang sehat karena menggunakan sepeda, yang traffic nya tidak se gila Jakarta, yang udaranya tidak banyak tercemar polusi, serta penduduknya yang tidak asing kita temukan memakai jilbab. Feels homey.
Lalu terbitlah mimpi baru, untuk dapat berkunjung ke sana lagi, atau bahkan menetap beberapa saat. Sehari semalam terlalu singkat untuk Amsterdam.
Kunjungan yang sebentar itu membuat saya berpikir tentang banyak hal di hidup saya. Apa yang sebenarnya saya inginkan, apa rencana-rencana hidup saya ke depan, kehidupan seperti apa yang ingin saya miliki.
Sesampainya di Indonesia saya memiliki keinginan untuk membuat perencanaan hidup, berhenti sejenak agar dapat melihat ke belakang dan ke depan, apa yang sudah saya lewati dalam hidup, kesempatan apa saja yang ada di depan mata saya, kemana jalan di depan ini akan berujung.
Kemudian di tengah-tengah pikiran itu tercetus suatu hal lain,
Bingung kah Cha membuat rencana hidup? Apakah akan lebih mudah apabila ada partner yang bisa diajak kerja sama untuk merencanakan hidupmu?
Lalu saya tertegun. Ingin ke Amsterdam bisa berujung sampai sini ya, yang sebetulnya hal ini juga rezeki dari Allah, tidak tau kapan datangnya. Yang saya tau, bahwa rezeki ini juga tidak akan tertukar. Sama halnya dengan rezeki saya untuk dapat ke Eropa, Allah kasihnya tepat sasaran, di waktu dan kesempatan terbaik, sesuai rencana Nya untuk saya.