sebuah cerita kecil

by 9:09 PM 0 comments
tadi di skolah ada pelajaran biologi, lagi bahas materi tentang sel2 darah gitu. aku bukan mau crita tentang sel2 darahny kok, tenang aja. kalau masalah itu silakan cari di google yang lebih lengkap.hehe..

trus apa yang mau aku bagi ke teman2?
cerita.
ya, sebuah cerita.
cukup sederhana, tapi lumayan ngena.

silakan membaca...


di suatu desa, hiduplah seorang anak. (masih SD apa SMP gitu).
trus suatu hari kakinya luka, tertusuk kayu. sebenarnya lukanya cukup dalam, tapi karna pengetahuan mereka masih sangat minim, jadilah luka itu tidak diapa-apakan. hanya di beri obat merah (sejenis betadine). setelah itu lukanya masih baik2 saja, orangtuanya pun tidak ambil pusing soal itu. tapi keesokan harinya, luka itu mulai terlihat aneh. sampai beberapa saat setelah itu, lukanya pun tambah parah, kakinya membengkak. akhirnya dia dibawa ke puskesmas terdekat. di sana ia tidak mendapat keterangan yang cukup jelas tentang luka yang kian hari kian membesar itu. pihak puskesmas hanya menyarankan agar ia dibawa ke rumah sakit.

akhirnya dibawalah ia menuju rumah sakit. lukanya sudah benar-benar terlihat aneh, dengan bengkak yang semakin membesar. karena masalah biaya, anak itu tidak segera ditangani. langkah yang diambil hanyalah menyedot keluar nanah yang ada di dalam kakinya. ya, kaki itu bengkak karena nanah yang keluar setiap hari. dan, tahukah apa yang dikatakan dokter? ia terkena tetanus. ternyata sudah separah itu penyakitnya. atas rujukan dari pihak rumah sakit, ia dipindah ke rumah sakit yang lebih besar. sampai di sana kondisinya tidak lebih baik. ia bahkan sudah mulai kejang-kejang. penanganan lebih lanjut harus segera dilakukan. ia harus menggunakan sebuah alat -maaf lupa namanya- yang masih sangat jarang tersedia di setiap rumah sakit. bahkan di jawa tengah hanya ada 3 rumah sakit yang memiliki alat tersebut. mau tidak mau, pihak rumah sakit -yang tidak memiliki fasilitas itu- harus meminjam dari rumah sakit lain. biaya sewa per harinya adalah 8 juta. tentu bukan harga yang murah. padahal, memakai alat itu tidak menjamin kesembuhannya. keluarganya yang bukan apa-apa itu pun kebingungan. akhirnya mereka berdiskusi masalah biaya itu. dan mereka dituntut untuk cepat mengambil keputusan karena keadaan si anak laki-laki tadi semakin menghawatirkan, ia bahkan sudah mulai koma. akhirnya setelah menimbang dan berunding, keluarga itu berkata bahwa mereka, bagaimana pun juga, tidak sanggup membiayai perawatan si anak laki-laki tadi. anak itu pun terbaring di rumah sakit tanpa harapan, lagi-lagi karena masalah biaya.

dan tibalah saat dimana ia tidak lagi sanggup menahan penyakit itu. bahkan saat itu datang tidak lama. hanya sebentar, sebentar sekali. keesokan paginya, kurang lebih pukul 5 pagi, anak itu meninggal dunia.

0 comments:

Post a Comment